Desa Pengastulan di Kabupaten Buleleng, Bali, baru-baru ini mendapatkan predikat sebagai Komunitas Siaga Tsunami dari UNESCO. Penghargaan ini merupakan pengakuan atas upaya desa dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya tsunami serta meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tersebut. Dengan predikat ini, Desa Pengastulan menjadi salah satu dari sedikit komunitas di Indonesia yang memperoleh pengakuan tingkat internasional terkait kesiapsiagaan tsunami.
Bencana alam seperti tsunami menjadi salah satu ancaman serius bagi penduduk pesisir. Desa Pengastulan, yang terletak tidak jauh dari pantai utara Bali, menyadari akan pentingnya persiapan dan pengetahuan mengenai tsunami untuk melindungi warga dan aset mereka. Upaya desa ini meliputi pelatihan, simulasi evakuasi, dan penguatan infrastruktur yang dapat membantu masyarakat dalam situasi darurat.
Sakti Wibawa, Kepala Desa Pengastulan, menyatakan, “Kami sangat bersyukur atas pengakuan dari UNESCO ini. Ini bukan hanya penghargaan bagi kami, tetapi juga tanggung jawab untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan kesadaran masyarakat mengenai risiko bencana, terutama tsunami.” Pernyataan ini menunjukkan komitmen desa untuk tidak hanya menerima pengakuan, tetapi juga berupaya keras dalam menjaga keamanan warganya.
Dalam mencapai predikat ini, Desa Pengastulan menjalani berbagai proses evaluasi dan kriteria yang ketat yang ditetapkan oleh UNESCO. Kriteria tersebut mencakup edukasi masyarakat, keberadaan rencana evakuasi yang terstruktur, serta keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah desa, organisasi masyarakat, dan individu. Semua elemen ini bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap orang di desa memiliki pengetahuan yang cukup tentang langkah-langkah yang harus diambil jika terjadi tsunami.
Program pelatihan yang diadakan di Desa Pengastulan meliputi sosialisasi tentang tanda-tanda bahaya tsunami dan prosedur evakuasi yang benar. Melalui simulasi yang dilakukan secara berkala, warga bukan hanya diajarkan teori, tetapi juga langsung berlatih bagaimana cara menyelamatkan diri dan membantu orang lain dalam situasi darurat. Pelatihan tersebut juga melibatkan anak-anak sekolah, yang diharapkan dapat menyebarluaskan informasi ini lebih luas lagi di lingkungan mereka.
“Setiap warga desa, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, terlibat aktif dalam program ini. Kami ingin memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat paham dan siap jika bencana datang,” imbuh Ibu Ratih, seorang guru di SDN Pengastulan, yang berperan penting dalam menyebarkan informasi kepada generasi muda.
Selain pelatihan, Desa Pengastulan juga mengembangkan sistem peringatan dini yang terintegrasi dengan teknologi modern. Menurut informasi yang diperoleh, desa ini telah memasang sirene dan alat peringatan lainnya yang dapat memberikan informasi cepat kepada warga saat terjadi ancaman tsunami. Ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki waktu yang cukup untuk mengambil langkah aman.
Pengakuan dari UNESCO ini bukan hanya menjadi simbol pencapaian, tetapi juga dapat memberikan dampak positif bagi pariwisata desa. Dengan status sebagai Komunitas Siaga Tsunami, Desa Pengastulan diharapkan dapat menarik lebih banyak perhatian dari para wisatawan, terutama bagi mereka yang mencari pengalaman wisata yang aman dan edukatif. Melalui peningkatan kesadaran bencana dan tujuan wisata yang aman, desa tersebut bisa menjadi contoh bagi komunitas lain di seluruh Indonesia.
Desa Pengastulan juga berencana memperluas program-programnya dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk NGO dan lembaga pemerintah setempat. Kolaborasi ini diharapkan dapat membawa lebih banyak sumber daya dan pengetahuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan, serta mendukung inisiatif lokal dalam pengembangan berbasis bencana. Teguh, seorang aktivis lingkungan yang fokus pada isu bencana, menambahkan, “Penting untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat. Kita perlu menciptakan budaya kesiapsiagaan, dan Desa Pengastulan telah menjadi contoh yang luar biasa dalam hal ini.”
Kedepannya, Desa Pengastulan berharap bisa menjadi model bagi desa-desa lainnya bukan hanya di Bali, tetapi juga di seluruh Indonesia. Dengan mengedukasi masyarakat dan membangun infrastruktur yang memadai, mereka berharap bisa menurunkan risiko bencana dan melindungi kehidupan warganya. “Kami ingin terus berbagi pengalaman dengan desa lain yang juga memiliki potensi risiko tsunami,” kata Sakti Wibawa.
Setiap pencapaian yang diraih oleh Desa Pengastulan menunjukkan bahwa dengan kerja keras, kerjasama, dan komitmen yang kuat, masyarakat dapat membangun komunitas yang lebih aman dan siap menghadapi tantangan alam. Program-program yang telah dijalankan, penghargaan yang diterima, dan dukungan dari berbagai pihak akan menjadi titik tolak untuk meningkatkan kemampuan desa dalam menghadapi bencana di masa mendatang.