Anak Viral Bagikan Slip Gaji Ibunya Era 90-an, UMR Jogja Masih Kalah

Anak Viral Bagikan Slip Gaji Ibunya Era 90-an, UMR Jogja Masih Kalah
Viral di media sosial baru-baru ini, sebuah postingan yang menggugah perhatian banyak netizen adalah mengenai slip gaji seorang ibu yang bekerja di era 90-an. Slip gaji tersebut diunggah oleh seorang anak di platform media sosial, dan dengan cepat menjadi perbincangan hangat di kalangan pengguna internet. Banyak orang yang membandingkan besaran gaji tersebut dengan Upah Minimum Regional (UMR) di Yogyakarta saat ini. Tidak dapat dipungkiri, fenomena ini menarik karena menawarkan gambaran menarik tentang perbandingan nilai dan kondisi ekonomi masa lalu dan sekarang.

Dalam slip gaji yang diunggah, terungkap bahwa ibu dari pemilik akun mendapatkan gaji bulanan yang cukup layak untuk ukuran waktu itu. Misalnya, slip tersebut menunjukkan angka yang cukup mencengangkan, di mana gaji bulanan sang ibu mencapai Rp 500.000. “Dulu, dengan gaji seperti itu, orang tua bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan masih bisa menyisihkan untuk ditabung,” ujar Sari, seorang pengguna Twitter yang juga membagikan pengalaman serupa.

Perbandingan yang dibahas di media sosial itu menjadi semakin menarik karena saat ini, UMR di Jogja berada di angka sekitar Rp 1.800.000 per bulan. Banyak netizen berpendapat bahwa gaji yang diterima oleh ibu tersebut seharusnya lebih tinggi jika mempertimbangkan inflasi dan daya beli masyarakat saat ini. “UMR Jogja masih kalah, padahal harga barang dan kebutuhan sehari-hari jauh lebih tinggi,” tulis salah satu akun dengan nama samaran ‘Rizky004’.

Fenomena viral ini membuat banyak orang tidak hanya berbagi slip gaji, tetapi juga kembali mengenang masa lalu ketika uang memiliki nilai yang cukup tinggi. Mereka mulai membagikan pengalaman pribadi dan komparasi serupa tentang bagaimana orang tua mereka mampu mengatur keuangan dengan baik meski dengan gaji yang dianggap kecil oleh standar saat ini.

BACA JUGA  Amnesti Koruptor Bertentangan dengan Konvensi PBB

Salah satu pengguna, Ani, menambahkan bahwa gaji orang tuanya juga tidak jauh berbeda. “Ibu saya juga seorang pekerja, dan gaji yang dia terima di tahun 90-an sama dengan yang diunggah anak itu. Kami bisa sekolah dengan baik dan makan tiga kali sehari, sesuatu yang tidak mudah dicapai saat ini dengan UMR yang lebih tinggi,” jelas Ani. Portofolio pengalaman dan cerita-cerita ini semakin menyeruak nuansa nostalgia tentang tantangan dan keberhasilan di masa lalu.

Ada juga yang mengambil sisi positif dari pengalaman tersebut, mengamini bahwa meskipun dengan gaji yang lebih rendah, masyarakat pada waktu itu lebih bertahan dalam hal manajemen keuangan. “Kualitas hidup malah terasa lebih baik entah kenapa. Mungkin karena nilai-nilai kehidupan yang lebih dijunjung tinggi,” tulis seorang netizen. Berbagai perspektif mulai bermunculan, menandakan bahwa perbandingan gaji bukan hanya sekedar angka, tetapi juga melibatkan banyak aspek kehidupan.

Memang sulit untuk tidak terpengaruh oleh nostalgia ketika melihat slip gaji dari masa lalu. Banyak yang merasa bahwa meskipun gaji di masa lalu lebih rendah, tetapi kebutuhan hidup yang dipenuhi serta rasa syukur yang dirasakan masyarakat pada waktu itu berbeda. Hal ini yang mungkin menginspirasi generasi saat ini untuk lebih menghargai pekerjaan yang mereka jalani.

Selain itu, refleksi ini juga menjadi momen introspeksi bagi banyak orang untuk mempertimbangkan bagaimana mereka mengatur keuangan sehari-hari. Dalam era serba cepat saat ini, banyak orang terjebak dalam gaya hidup konsumtif, sehingga seringkali mengabaikan pentingnya menabung dan investasi. Pengalaman seperti yang dibagikan oleh anak tersebut dapat menjadi pengingat bahwa sebelumnya pun orang-orang bisa hidup dengan cukup meski di tengah keterbatasan.

BACA JUGA  Mengapa Apple Enggan Membuat Mesin Pencari yang Bikin Pesaing Khawatir

Tak dapat dipungkiri, kejadian ini membangkitkan kembali rasa solidaritas di antara netizen untuk saling bertukar pengalaman. Banyak yang mulai mengunggah foto-foto dan memori masa kecil mereka bersama orang tua, yang menunjukkan bagaimana mereka melalui berbagai tantangan dengan harapan dan kerja keras. Melalui ini, terlihat bahwa meski kondisi ekonomi telah banyak berubah, nilai-nilai tradisional keluarga, kerja keras, dan keharmonisan tetap menjadi pondasi yang tak tergantikan.

Dengan semakin banyaknya cerita yang muncul di jagat media sosial, sementara slip gaji tersebut menjadi titik tolak dari segala perbandingan, banyak netizen yang tergerak untuk merenungkan ulang pentingnya menghargai setiap rupiah. Sejumlah orang mengajak untuk kembali ke prinsip sederhana: bahwa kemampuan dalam mengelola keuangan serta menyisihkan untuk masa depan lebih penting daripada jumlah besar sebuah gaji.

Era digital yang mempertemukan pengalaman masa lalu dengan saat ini memang menyajikan wajah baru dari sebuah realita. Kehidupan yang mungkin terlihat lebih rumit di masa sekarang bisa saja dipermudah dengan belajar dari pelajaran yang telah ada sebelumnya. Slip gaji tersebut bukan hanya selembar kertas, tetapi sebuah narasi yang mengajarkan kita tentang nilai kerja keras dan perencanaan yang matang.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *